Sabtu, 12 Desember 2015

Makalah Pemanasan Global

BAB I
Pendahuluan
A.                     Latar Belakang
  Pemanasan Global merupakan  kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi. Pemanasan global yang terjadi saat ini merupakan akibat dari efek rumah kaca. Gas rumah kaca merupakan gas-gas yang terdapat di atmosfer yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca. Gas-gas tersebut antara lain yaitu H2O (uap air),CO2 (karbon dioksida), O3 (ozon), CH4 (metana), N2O (dinitrogen oksida), CFC (cholorofluorokarbon : CFC R-11 dan CFC R-12), CO, SO2, NO, dan gas lainnya seperti HFCS, PFCS, dan SF6. Efek rumah kaca sebenarnya untuk melindungi manusia dan makhluk hidup lain yang ada di bumi, karena dengan adanya efek rumah kaca bumi menjadi hangat dengan adanya radiasi panas matahari yang masuk ke atmosfer. Adapun energy yang masuk ke bumi yaitu : 45% diserap oleh permukaan bumi , 25% dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer , 25% yang lain diserap awan dan sisa 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi. Kemampuan atmosfer untuk menangkap dan melepaskan energy merupakan karakteristik yang menentukan efek dari rumah kaca. Sekarang ini semakin banyak gas rumah kaca yang terdapat di atmosfer yang menyebabkan bumi semakin panas. Menurut IPCC penyebab dari gas rumah kaca sebesar 90% dihasilkan oleh manusia. Aktivitas manusia yang menyebabkan adanya gas rumah kaca yang akan dibahas oleh kelompok kami yaitu penebangan hutan, pertanian dan peternakan juga aktivitas lain yang menjadi penyebab adanya gas rumah kaca.
B.                      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah aktivitas yang menyebabkan terjadinya gas rumah kaca.
C.                      Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui akibat aktivitas penebangan hutan, pertanian dan peternakan dan aktivitas lain terhadap gas rumah kaca.
BAB II
ISI
A.                     Pengertian Pemanasan Global
Menurut Wikipedia: “Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.”
Selama 100 tahun suhu panas bumi telah meningkat sekitar 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F). Ada beberapa dampak aatau penyebab yang membuat suhu panas bumi naik, dan penyebab itu sudah di bahas dalam artikel ini.
B.                      Penyebab Pemanasan Global
1. Efek Rumah Kaca
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat. 
Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti H2O (uap air),CO2 (karbon dioksida), O3 (ozon), CH4 (metana), N2O (dinitrogen oksida), CFC (cholorofluorokarbon : CFC R-11 dan CFC R-12), CO, SO2, NO, dan gas lainnya seperti HFCS, PFCS, dan SF6.

·   Uap Air
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktifitas manusia tidak secara langsung mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal.
·   Karbon dioksida
Karbon dioksida adalah gas terbanyak kedua. Ia timbul dari berbagai proses alami seperti: letusan gunung berapi, hasil pernafasan hewan dan manusia (yang menghirup oksigen dan menghembuskan karbon dioksida); dan pembakaran material organik (seperti tumbuhan). Manusia telah meningkatkan jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. Pada saat yang sama, jumlah pepohonan yang mampu menyerap karbon dioksida semakin berkurang akibat perambahan hutan untuk diambil kayunya maupun untuk perluasan lahan pertanian.
·    Ozon
Ozon adalah gas rumah kaca yang terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas buang kendaraan bermotor. Molekul ozon juga dapat terbentuk dengan bantuan sinar ultraviolet. Reaksi pembentukan ozon tersebut sebagai berikut,Reaksi Pembentukan Molekul Ozon (O3):
O2      -------->      2O
O + O2    -------->    O3
·   Metana
Metana merupakan insulator yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan ke atmosfir selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan.
·    Dinitrogen oksida
Dinitrogen oksida adalah juga gas rumah kaca yang terdapat secara alami. Dulunya gas ini digunakan sebagai anastasi ringan, yang dapat membuat orang tertawa sehingga juga dikenal sebagai ‘gas tertawa’. Tidak banyak diketahui secara terinci tentang asal dinitrogen oksida dalam atmosfer. Diduga bahwa sumber utamanya, yang mungkin mencakup sampai 90 persen, merupakan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. Pemakaian pupuk nitrogen meningkatkan jumlah gas ini di atmosfer. Dinitrogen oksida juga dihasilkan dalam jumlah kecil oleh pembakaran bahan bakar fosil (minyak bumi, batu bara, gas bumi).
·   Cholorofluorocarbon (CFC)
CFC biasanya digunakan sebagai bahan pendingin pada AC dan kulkas. CFC digunakan sebagai aerosol pada penyemprotan rambut, pengharum, dan pembasmi serangga. CFC bersifat sangat ringan sehingga mudah terangkat ke atmosfer yang lebih tinggi dan jika bertemu dengan ozon akan terjadi reaksi yang menyebabkan lapisan ozon akan menipis.
·   Karbon monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah suatu komponen yang bersifat tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa, yang terdapat dalam bentuk gas pada suhu di atas 192°C, mempunyai berat sebesar 96,9% dari berat air dan tidak larut dalam air. Karbon monoksida merupakan gas hasil pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon. Pada suhu tinggi, karbon monoksida terurai menjadi karbon monoksida dan oksigen. Gas ini berbahaya bagi kesehatan manusia. Gas ini mempunyai daya ikat terhadap sel darah merah lebih tinggi dibandingkan dengan daya ikat sel darah merah terhadap oksigen. Gas CO dapat menyebabkan pusing-pusing dan pingsan
·   Sulfur oksida (SO)
Sulfur oksida (SO) terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna, yaitu sulfur oksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Keduanya disebut sebagai SOx. Sulfur oksida mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia, meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO2 selalu terbentuk dalam jumlah terbesar.

Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan berbagai elemen yang penting secara alami dalam bentuk logam sulfida, misalnya tembaga (CuFeS2 dan Cu2S), zink (ZnS), merkuri (HgS), dan timbal (PbS). Kebanyakan logam sulfida dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida yang mudah tereduksi. Selain itu, sulfur merupakan kontaminan yang tidak dikehendaki di dalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghilangkan sulfur dari logam kasar daripada menghilangkan dari produk metal akhirnya.
·   Nitrogen oksida (NO)
Nitrogen oksida (NOx) adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfer yang terdiri atas gas nitrit oksida (NO) dan nitrogen oksida (NO2). Walaupun bentuk nitrogen oksida lainnya ada, tetapi kedua gas ini paling banyak ditemui sebagai polutan udara. Nitrit oksida merupakan gas yan tidak berwarna dan tidak berbau. Sebaliknya, nitrogen dioksida mempunyai warna cokelat kemerahan dan berbau tajam.
2.                        Efek Umpan Balik

Penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh  proses umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada beberapa detai-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat). Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.

Umpan balik  lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif. Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah

3.                       Variasi Matahari   
                                                                              
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer  sebaliknya efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuan dari Duke University mengestimasikan bahwa Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan temperatur rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat estimasi berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

4.                       Jumlah Penduduk (populasi)
Luas tanah di bumi tidak bertambah, tapi jumlah penduduk semakin banyak. Akibatnya, lahan untuk tumbuhan dan pertanian semakin sedikit karena dipakai untuk tempat tinggal manusia. Selain itu, penduduk yang bertambah banyak juga membutuhkan air yang lebih banyak. Air yang seharusnya untuk irigasi tanaman dan tumbuhan berkurang karena dipakai manusia. Tanaman yang tidak mendapat pasokan air akhirnya menghasilkan panen yang semakin sedikit.

C.                      Aktivitas yang menyebabkan adanya gas rumah kaca

1. Penebangan hutan secara liar
Hutan merupakan sumber utama keanekaragaman hayati karena hutan merupakan tempat tinggal berbagai spesies tanaman dan hewan. Kerusakan hutan yang terjadi karena kebakaran atau penebangan hutan secara luas menyebabkan terjadi penurunan keanekaragaman hayati bahkan kepunahan banyak spesies hewan dan tumbuhan, misalnya Harimau Jawa. Menurut FAO dalam laporan State of World Forest tahun 2009 laju kerusakan hutan di Indonesia mencapai sekitar 1,87 juta hektar pertahun. Apabila laju kerusakan hutan tidak dikendalikan, hutan Indonesia akan musnah sekitar 15 tahun ke depan. ).  Saat ini di Indonesia diketahui telah terjadi kerusakan hutan yang cukup parah.  Laju kerusakan hutan di Indonesia, menurut data dari Forest Watch Indonesia (2001), sekitar 2,2 juta/tahun. Kerusakan hutan tersebut disebabkan oleh kebakaran hutan, perubahan tata guna lahan, antara lain perubahan hutan menjadi perkebunan dengan tanaman tunggal secara besar-besaran, misalnya perkebunan kelapa sawit, serta kerusakan-kerusakan yang ditimbulkan oleh pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) dan Hutan Tanaman Industri (HTI). Dengan kerusakan seperti tersebut diatas, tentu saja proses penyerapan karbondioksida tidak dapat optimal.  Hal ini akan mempercepat terjadinya pemanasan global.

2.                        Gas  Metana dari  peternakan dan pertanian.
Gas metana menempati urutan kedua setelah karbondioksida yang menjadi penyebab terdinya efek rumah kaca.Gas metana dapat bersal dari bahan organik yang dipecah oleh bakteri dalam kondisi kekurangan oksigen, misalnya kegiatan penanaman di sawah dan penggembalaan ternak. Proses ini  dapat terjadi pada usus hewan ternak, dan dengan meningkatnya jumlah populasi ternak, mengakibatkan peningkatan produksi gas metana yang dilepaskan ke atmosfer bumi. Pada kegiatan pertanian Nitrogen oksida (NOx) dilepaskan ke atmosfer ketika penggunaan pupuk kimia dunia untuk pertanian meningkat pesat. Kebanyakan pupuk kimia ini berbahan nitrogen oksida yang 300 kali lebih kuat dari karbondioksida sebagai perangkap panas, sehingga ikut memanaskan bumi. Penggunaan mesin dalam pembajakan, penyemaian, penyemprotan, dan pemanenan menyumbang banyak gas rumah kaca. Yang terakhir, emisi gas rumah kaca berasal dari pengangkutan hasil panen dari lahan pertanian ke pasar. Kegiatan pertanian juga dapat mengubah komposisi gas-gas rumah kaca. Akibat lainnya adalah pupuk kimia yang meresap masuk ke dalam tanah dapat mencemari sumber-sumber air minum kita.

3.                       Pemakaian Freon
Pemakaian freon juga turut menyumbang kepunahan banyak jenis tanaman dan hewan karena freon yang lepas ke atmosfer menyebabkan lapisan ozon menjadi berlubang sehingga sinar ultraviolet dari matahari langsung menuju ke bumi yang mengakibatkan terjadinya mutasi merugikan yang berefek letal (mematikan) bagi hewan dan tanaman.

4.                       Hunian dan Bangunan Komersial
Sektor hunian dan bangunan menyumbang sebesar 7,9% gas penyebab rumah kaca. Namun, bila dipandang dari penggunaan energi, maka hunian dan bangunan komersial bisa menjadi sumber emisi gas rumah kaca yang besar. Misalnya saja dalam penggunaan listrik untuk menghangatkan dan mendinginkan ruangan, pencahayaan, penggunaan alat-alat rumah tangga, maka sumbangan sektor hunian dan bangunan bisa mencapai 30%. Konstruksi bangunan juga mempengaruhi tingkat emisi gas rumah kaca. contohnya, semen, menyumbang 5% emisi gas rumah kaca.
BAB III
PENUTUP
  Kesimpulan                                
Dari masalah yang sudah dibahas diatas dapat disimpulkan bahwa :
ü     Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
ü     Gas rumah kaca merupakan gas-gas yang terdapat di atmosfer yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca.
ü     Gas Rumah Kaca yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti H2O (uap air),CO2 (karbon dioksida), O3 (ozon), CH4 (metana), N2O (dinitrogen oksida), CFC (cholorofluorokarbon : CFC R-11 dan CFC R-12), CO, SO2, NO, dan gas lainnya seperti HFCS, PFCS, dan SF6.
ü     Aktivitas yang menyebabkan adanya gas rumah kaca adalah penebangan hutan, pertanian dan peternakan, penggunaan Freon, dan hunian dan bangunan komersial.
Setelah kita mengetahui aktivitas yang menyebabkan adanya gas rumah kaca seharusnya kita dapat menghindari hal-hal tersebut, agar bumi kita tidak semakin panas akibat pemanasan global.

Jumat, 11 Desember 2015

JAGAT RAYA dan TATASURYA


1.        JAGAT RAYA
Jagad Raya adalah ruang yang maha luas dan tidak ada batasnya tempat benda-benda langit yang berada, termasuk bumi yang merupakan tempat tinggal manusia. Jagad Raya berisi bemilyar-milyar benda langit di antaranya bintang, meteor, planet, satelit dan komet.
     Anggapan tentang terjadinya jagad raya dan alam semesta.
       1. Anggapan Heliosentris
          Heliosentriz berasal dari kata helios artinya matahari dan centrum artinya pusat. Jadi anggapan heliosentris bisa di artikan bahwa matahari sebagai pusat jagad raya.
       2. Anggapan Geosentris
          Geosentris berasal dari kata geo artinya bumi dan centrum artinya pusat. Jadi anggapan geosentris artinya bahawa bumi adalah pusat alam semesta..
       3. Anggapan Antroposentris
          Antroposentris berasal dari kata anthropos yang artinya manusia dan centrum artinya pusat. Jadi anggapan antroposentris meruapakan anggapan bahwa manusia sebagai pusat segalanya.
Jagat raya terdiri dari berbagai galaksi atau system bintang, salah satunya Galaksi Bimasakti.
Galaksi adalah kumpulan bintang, planet, gas, debu, nebula dan benda-benda langit lainnya yang membentuk “pulau-pulau” didalam ruang hampa jagat raya. Keberadaan galaksi dapat di amati dengan teleskop.
Menurut Edwin Hubble (1926), berdasarkan bentuknya galaksi dibagi menjadi 4, yakni :
a.       Bentuk spiral
Galaksi ini berbentuk seperti huruf S yang terdiri dari 3 bagian, yaitu, titik pusat, lingkaran bintang dan tumpukan bintang. Galaksi ini memiliki roda-roda Catherina dengan lengan berbentuk spiral,keluar dari pusat yang terang. Sebagian besar 60% galaksi berbentuk spiral.
              Contoh: Galaksi Andromeda
  
                                
b.      Bentuk elips
Galaksi ini bentuknya seperti bola yang lonjong, seperti bola kaki hingga bola rugby Sekitar 18% galaksi yang bentuknya elips.
             Contoh: Ursa Mayor

c.       Bentuk spiral berbatang
Berbentuk seperti spiral tetapi ditengahnya berbetuk seperti batang. Dari kedua ujung keluar lingkaran spiral. Jumlahnya kira-kira 18% galaksi.

d.      Bentuk tak beraturan
Galaksi ini tidak jelas bentuknya atau tidak mempunyai bentuk tertentu.  Jumlahnya sekitar 2-3 % dari total galaksi.

Ciri- ciri galaksi meliputi :
a.       mempunyai cahaya sendiri
b.      galaksi-galaksi lainnya dapat terlihat berada diluar bimasakti
c.       jarak antar galaksi jutaan tahun cahaya
d.      memiliki bentuk tertentu
Beberapa macam galaksi yang sudah diketahui :
1.       Galaksi Bimasakti
Galaksi dimana bumi kita berada yang memiliki bentuk spiral dengan diameter kira-kira 100.000 tahun cahaya.
2.      Galaksi Magellan
Merupakan galaksi yang paling dekat dengan galaksi bimasakti. Jaraknya kira-kira 150.000 tahun cahaya. Galaksi ini berada di belahan bumi bagian selatan.
3.      Galaksi Ursa Mayor
Berjarak 10.000.000 tahun cahaya dari galaksi bimasakti. Bentuk galaksi ini adalah elips dan rapat.
4.      Galaksi Jauh
Galaksi yang letaknya lebih dari 10.000.000 tahun cahaya dari galaksi bima sakti. Contoh galaksi ini ; galaksi Silvery, Triangulum,dan Whirlpool.

TEORI TERJADINYA JAGAD RAYA
1. The big bang theory ( teori ledakan besar )

     Teori big bang di dasarkan asumsi bahwa alam semesta berasal dari keadaan yang panas dan mengalami ledakan dahsyat yang akhirnya mengembang. Pendukung teori: Stephen Hawsking.
    
2. The steady state theory ( teori keadaan tetap )
Teori ini di kemukakan oleh H. Bondi, T. Gold dan F. Hoyle dari Universitas Cambridge pada tahun 1948. Menurut teori ini dikemukakan bahwa alam semesta tidak ada walnya dan tidak ada akhirnya.


3. Teori jagad raya berayun
       Teori alam semesta yang berayun merupakan kelanjutan dari teori Deuntuman Besar. Para ahli menemukan bahwa gerak galaksi yang saling menjauh itu menunjukkan tanda-tanda makin melambat

Anggapan mengenai jagat raya dan alam semesta =
1.       Anggapan Antroposentris atau Egosentris
Pada zaman primitive manusia menganggap bahwa manusia sebagai pusat alam semesta.
2.      Anggapan Geosentris
Anggapan ini menempatkan bumi sebagai pusat alam semesta. Tokoh dari anggapan geosentris adalah Claudius Ptolomeus yang melakukan observasi di Alexandria.
3.      Anggapan Heliosentris
Matahari dianggap sebagai pusat dari alam semesta. Tokoh dari anggapan ini adalah Nicholas Copernicus dalam sebuah bukunya “ De revolutionibus Orbium Caelestium “. Tokoh pendukung : Bruno, Johanes Kepler, Galileo , Isaac Newton.